Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.

About me

Cari Blog Ini

Technology

Instagram

Restaurants

Subscribe

Travelling Diaries

Entertainment

Like us

Restaurants

Sponsor

Ads 300 x 250

Flickr Images

Flickr Images

Like us on Facebook

Video of the Day

Lupa Bhinneka Tunggal Ika

Senang, riang, hari yang kunantikan
Kusambut, hai pagi yang cerah
Mataharipun bersinar terang
Menemaniku pergi ke sekolah

Senang, riang hari yang kuimpikan
Jumpa lagi kawanku semua
Selamat pagi, guruku tersayang
Ku siap mengejar cita-cita

Alunan lagu Sherina, Kembali ke Sekolah berputar di kepala saya saat sampai di gerbang sekolah. Hari ini memang hari yang saya nantikan.



Perkenalkan, Sekolah Dasar Negeri Sentolo 1, Kulon Progo, Yogyakarta. Lokasinya cukup kondusif meskipun letaknya tidak jauh dari pasar.

Saat saya ke sana di tahun ajaran 2016, terdapat 133 murid. Siswa di sana sangat ramah, apalagi anak-anak di kelas 1-3. Masih polos dan terlihat antusias dengan kedatangan kami.


Ya, kami. Saya tidak seorang diri. Bersama 9 relawan pengajar dan 3 relawan dokumentator lainnya dari Kelas Inspirasi Yogyakarta, saya kembali ke sekolah. Kami berasal dari beragam profesi, notaris, analis sosial, sutradara, tim riset, technopreneur, relationship manager, entrepreneur, konsultan teknologi informasi, guru, news editor, dan mahasiswa. Ada yang dari Yogyakarta, Jakarta, Padang, Tangerang, bahkan Banggai!


Pagi ini diselimuti ketegangan di raut wajah para relawan yang hari ini akan menjadi guru sehari di hadapan murid-murid. Ternyata butuh banyak waktu, pikiran, dan tenaga menyiapkan materi padahal hanya dipakai sehari ini saja. Beragam latar belakang profesi dan atribut para pengajar yang bervariasi membuat anak-anak bersemangat dalam apel pagi ini.

  

Di kelas Kak Luki, anak-anak banyak yang takjub dengan berbagai alat peraga yang beliau bawa hari ini. Sebagai seorang sutradara, Kak Luki menunjukkan totalitasnya, kali ini untuk berbagi tentang dunia film dan iklan kepada mereka.



Anak-anak bergantian mencoba kamera jadul yang dibawa oleh Kak Luki. Selain itu, mereka berkesempatan menjadi sutradara cilik dengan membuat ‘film’ sendiri yang langsung dinikmati hasilnya saat itu juga. Kak Luki mendorong anak-anak untuk tidak takut mencoba hal baru yang ada di hadapan mereka. Setiap anak menunggu giliran untuk memegang kamera yang hanya ada di tangan mereka untuk beberapa detik. Kamera yang biasanya terihat biasa saja di mata kita, bisa jadi benda yang sangat menarik bagi mereka. Their expressions, priceless!









Di kelas lain, tidak kalah menariknya. Semua anak-anak tampak senang mengikuti pelajaran hari ini. Sungguh pemandangan yang langka mengingat biasanya banyak siswa yang berwajah lesu, lelah seusai mengikuti pelajaran di sekolah. Tapi hari ini, saya percaya bahwa sekolah hari ini (dan kelak) bisa jadi tempat yang menyenangkan!

Meskipun sempat ada insiden pertengkaran di kelas, tapi itu menjadi asam manis agenda hari ini. Kami jadi tahu bagaimana rasanya guru yang setiap hari menghadapi mereka di kelas. Ada yang pendiam, aktif, senang ngobrol, asyik sendiri, cerewet, kritis, cengeng. Bahkan ada seorang anak berkebutuhan khusus yang diterima dengan sangat baik di sini.

Ekspektasi saya yang hari ini akan melihat para relawan menginspirasi anak-anak, ternyata berbuah bumerang. Kamilah yang sesungguhnya mendapat banyak inspirasi dari mereka.





Saat kami sibuk mencari tempat wisata apa yang harus kami kunjungi saat penat bekerja, anak-anak di sini menjadikan lapangan sekolah dan rekan sekelasnya sebagai penghibur di tengah banyaknya tuntutan belajar dan pekerjaan rumah.



Saat kami bingung memilih baju apa yang akan kami pakai agar tampil menarik perhatian, anak-anak ini tidak mengeluh memakai seragam sekolah yang sama bertahun-tahun asalkan bisa berangkat ke sekolah.

Saat kami kira kami akan memberikan inspirasi, justru dari polosnya anak-anak, mereka mengajarkan kami banyak hal dengan cara yang sederhana.
  
Jika hari ini bisa diibaratkan makanan, kami seperti gado-gado.
Relawannya, datang tidak hanya dari Yogyakarta, bahkan ada yang rela berangkat dari luar Pulau Jawa. Profesinya tidak ada yang sama, dari yang masih anak bawang sampai yang sudah punya jabatan nan mapan.

Kami hadir di sini karena satu misi, untuk melunasi janji kemerdekaan yang urung tuntas, mencerdaskan kehidupan bangsa.

Kami menjadi satu untuk memberi semangat pantang menyerah untuk mewujudkan mimpi.
Kami menjadi satu untuk mengawal mimpi anak negeri.

Demi Indonesia di masa depan yang lebih baik dari hari ini.


Saya senang bisa menjadi bagian dari mereka.

Dan bersama mereka, saya percaya masih banyak yang tidak lupa Bhinneka Tunggal Ika.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar

Get Update Article on FacebookX

Find Us on Facebook

Get Update Article on Google+X

Follow Us on Google+