Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.

About me

Cari Blog Ini

Technology

Instagram

Restaurants

Subscribe

Travelling Diaries

Entertainment

Like us

Restaurants

Sponsor

Ads 300 x 250

Flickr Images

Flickr Images

Like us on Facebook

Video of the Day

Lupa Bhinneka Tunggal Ika

Senang, riang, hari yang kunantikan
Kusambut, hai pagi yang cerah
Mataharipun bersinar terang
Menemaniku pergi ke sekolah

Senang, riang hari yang kuimpikan
Jumpa lagi kawanku semua
Selamat pagi, guruku tersayang
Ku siap mengejar cita-cita
< >

Kampung Code: Warna-warni Yogyakarta

Kampung Code. (dok. Pribadi)

Selalu ada cerita di setiap sudut kota istimewa ini. Siapa sangka terdapat pemandangan yang memanjakan mata di bawah jembatan yang sering tak terlihat orang.

Inilah Kampung Code. Harta karun di tengah hiruk pikuk kota.

Selamat datang!  (dok. Pribadi)
Kampung ini terletak di bawah jembatan Gondolayu. Dinamakan Code, karena lokasinya yang berada di bantaran Kali Code. Dahulu kampung ini adalah pemukiman kumuh yang tak terurus. Banjir adalah kekhawatiran terbesar bagi warganya ketika musim penghujan tiba.

Anak-anak bermain di sungai Code.  (dok. Pribadi)


Seiring berjalannya waktu, Kampung Code telah memiliki wajah baru. Kampung ini disulap menjadi pemukiman layak huni yang rapi dan bersih. Dinding-dinding rumah dicat warna-warni yang mengingatkan kita dengan kota penuh warna di Rio de Janeiro, Brazil. Ragam warna ini mewakili simbol keberagamanan warga yang tetap dapat saling berdampingan dengan rukun dan damai.  

Simbol kebersamaan. (dok. Pribadi)







Bersantai di sore hari ditemani gemericik air sungai. (dok. Pribadi)
Jika dilihat dari sisi yang tepat, warna-warni ini tidak sekedar warna yang tertuang di atas dinding dan atap rumah. Terdapat bentuk 3D yang mengagumkan jika kalian dapat menemukannya.




Di balik keindahannya, Kampung Code ternyata menjadi saksi bisu membuminya nilai-nilai Pancasila oleh seorang tokoh masyarakat, Romo Mangun. Beliau bukan hanya membangun pemukiman yang indah tetapi juga membangun nilai-nilai kemanusiaan di sana.

Sempatkan waktu untuk menikmati sisi Kota Jogja dari sudut yang berbeda!

#FestivalHAM2016 


< >

Kelas Inspirasi Boyolali: MEROKET, MERAIH MIMPI

Never stop learning, because life never stop teaching


Kota Boyolali (10/9/2016) menjadi kota ketiga saksi efek 'candu'nya efek Kelas Inspirasi bagi saya. Kalau biasanya di setiap KI dapet nametag plus pin, kali ini cuma dapet official nametag aja. Pinnya spesial bikinan kelompok yang sama seperti yang dibagikan ke anak-anak.

Di Kelas Inspirasi Boyolali ini, beruntungnya saya dipertemukan dengan orang-orang luar biasa di bidangnya. Kayaknya saya paling muda sendiri *halah*. Uniknya, kalau tim lain pembagian laki-laki perempuannya hampir imbang, di tim kami yang lokasi sekolahnya memang agak di kota dengan 208 murid *waw* cuma punya satu laki-laki, sisanya 12 perempuan. 12 Srikandi 1 Arjuna. Arjunanya menang banyak hahaha.
12 Srikandi 1 Arjuna
Di Kelas Inspirasi Boyolali inilah pertama kalinya saya menjadi videografer. Dulunya memang mendaftar sebagai fotografer, namun karena satu dan beberapa hal akhirnya saya dialihkan menjadi videografer. Sempat ragu bahkan ingin mundur awalnya, takut hasilnya nggak memuaskan dan jauh dari harapan. Tapi akhirnya setelah dibujuk rayu maut salah satu fsasil, Kak Yona, saya akhirnya tetap berangkat ke sana.

Meskipun jadi videografer, tapi di beberapa kesempatan saya sempat 'mencuri' foto. Ada satu-dua foto yang diabadikan rekan fotografer, si anak bae, Kak Irene. Ini dia cuplikan Kelas Inspirasi di SDN Mudal 1 Boyolali:

Kak Dina (Aviation Security) sedang memperagakan prosedur keaman bandara.

Bermain ular tangga raksasa.

Foto bersama setelah bermain jual beli bersama Kak Yusi (Wirasuaha Kuliner).


Ibu Win (Polisi) yang memberi motivasi untuk meraih cita-cita setnggi langit.

Pemenang kuis di kelas berfoto dengan Kak Retno (Pegawai BUMN).

Keceriaan anak-anak saat istirahat. (Ó ireneslt)
Sehari sebelum pelaksanaan KI, kami mendiskusikan segala sesuatu yang akan dijalani esok hari, terutama bagian closing. Setelah diskusi santai di kamar family room penginapan Pondok Asri akhirnya disimpulkan bahwa upacara penutupan akan dilakukan dengan melepas dua pasang merpati sebagai simbol semangat anak-anak SDN Mudal 1 untuk meraih cita-cita setinggi langit.
Momen sebelum pelapasan burung merpati. (Ó ireneslt)

Semangat ya kamu~ (Ó ireneslt)
"KIB 2016: Meroket, Meraih Mimpi!"


< >

Pantai Cemara Sewu 'Bebas' Sampah

Menyusuri daratan berpasir. Mendengarkan debur ombak.
Membiarkan angin laut menerpa wajah. Duduk menatap hamparan biru.
Adalah hiburan terbaik di akhir pekan untuk seorang yang penuh tekanan dan penat dalam hari kerja atau kuliah seperti saya.

Beruntungnya saya terlahir di negeri dengan kekayaan bahari tiada duanya. Indonesia menjadi rumah bagi berbagai spesies laut dengan sepertiga luas perairan dunia yang dibatasi oleh 99.093 kilometer garis pantai. Tidak heran destinasi pariwisata pantai di Indonesia seakan tidak ada habisnya untuk terus disapa.

Kali ini saya mengunjungi pantai yang terbilang baru di daerah Bantul, Yogyakarta yaitu Pantai Cemara Sewu. Untuk sampai di sini, Anda cukup mengikuti rute ke arah Pantai Parangtritis mengingat lokasinya yang masih dalam satu wilayah. Setibanya di area parkir pantai sudah terasa sejuk dengan pepohonan cemara udang dan beberapa hammock yang semakin menarik perhatian.


Cemara udang (Dok. Pribadi)

Sahabat yang sedang santai di atas hammock(Dok. Pribadi)
Namun saya cukup tercengang ketika sampai di bibir pantai. Bukan pada Mr. Crab kecil atau pecahan kerang, tapi fokus saya tertuju pada hamparan sampah yang tergeletak di atas pasir berwarna hitam. Bukankah kalau pantai baru seharusnya bersih? Atau karena ini pantai baru sehingga belum ada petugas kebersihan yang menangani sampahnya? Pertanyaan itu berputar di kepala. Jika sampah yang menumpuk hanya sebatas sampah batok kelapa tua, potongan kayu tentu bukan masalah besar karena sampah jenis ini tidak merusak lingkungan. Faktanya banyak sampah kaca, plastik, bahkan sandal yang berdiam di sana.
Kondisi Saat Bulan September 2016 (Dok. Pribadi)


Sedih. (Dok. Pribadi)

Di tengah cita-cita ingin menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia, saya cukup kecewa dengan kondisi pantai yang baru saja dibuka. Tahukah bahwa sampah anorganik seperti plastik sangat sulit terurai di alam? Ketika sampah ini terbawa ke laut, maka berpotensi tinggi merusak kehidupan ikan dan terumbu karang. Ketika kelangsungan hidup biota laut kita tidak dapat terjaga, maka jangan harap industri perikanan dan kesejahteraan nelayan bisa berkembang.
Laut sumber mata pencaharian nelayan. (Dok. Pribadi)

Pantaiku sayang, pantaiku malang.

Masalah penyerbuan sampah di pantai bukanlah hal yang baru di Indonesia. Pantaslah Indonesia mendapat rapor merah dengan menempati peringkat 130 dalam kategori pembangunan pariwisata berkelanjutan. Pembangunan yang ramah lingkungan.

Pembenahan pengelolaan kebersihan pantai dibutuhkan agar sampah tidak semakin menumpuk di pantai. Pengadaan petugas kebersihan dan pembangunan bak sampah di bibir pantai dapat menjadi solusi mendasar terhadap masalah ini. Selebihnya, diserahkan kepada kesadaran masing-masing wisatawan yang hadir untuk menjaga keasrian Pantai Goa Cemara Sewu. Sudah selayaknya kita mewujudkan revolusi mental dalam menjaga kekayaan alam bangsa sendiri. 
< >

Warna-warni di Kelas Inspirasi Purworejo 2016!

Kelas Inspirasi: Melukis Mimpi Anak Negeri


R. Iman Ciptadi - Pemadam Kebakaran


Tri Wahyuningsih - Pemeriksa Pajak


Fithri Edi Nugroho - PNS Bidang Pengembangan SDM Aparatur


Laurensia Ana Y - Pengelola Program Komisi Penanggulangan AIDS








Edi Kusworo - Polisi




Suprapto Efendi - Pelukis






Irwan Suprianto - Pemilik Konveksi











Keluarga Besar SDN 2 Separe & Kelas Inspirasi Purworejo




< >